Virus Campak / Virus Rubella adalah adalah virus RNA beruntai
tunggal, dari keluarga Paramyxovirus,
dari genus Morbillivirus. Virus
campak hanya menginfeksi manusia, dimana virus campak ini tidak aktif oleh
panas, cahaya, pH asam, eter, dan tripsin (enzim). Ini memiliki waktu
kelangsungan hidup singkat di udara, atau pada benda dan permukaan.
Struktur virus
Virus rubella diasingkan pertamakali pada
tahun 1962 oleh Parkman dan Weller. Rubella
merupakan virus RNA yang termasuk dalam genus Rubivirus, famili Togaviridae,
dengan jenis antigen tunggal yang tidak dapat bereaksi silang dengan sejumlah
grup Togavirus lainnya. Virus rubella memiliki 3 protein struktural utama yaitu
2 glycoprotein envelope, E1 dan E2
dan 1 protein nukleokapsid. Secara morfologi, virus rubella berbentuk bulat (sferis) dengan diameter 60–70 mm dan
memiliki inti (core) nukleoprotein padat, dikelilingi oleh dua lapis lipid yang
mengandung glycoprotein E1 dan E2.
Virus rubella dapat dihancurkan oleh proteinase, pelarut lemak, formalin, sinar
ultraviolet, PH rendah, panas dan amantadine
tetapi nisbi (relatif) rentan terhadap pembekuan, pencairan atau sonikasi.
Gambar 1.
Virus
Rubella terdiri dari lapisan glycoprotein,
lemak
dan inti dengan RNA
Virus Rubella(VR) terdiri atas dua subunit
struktur besar, satu berkaitan dengan envelope
virus dan yang lainnya berkaitan dengan nucleoprotein
core.
Isolasi dan identifikasi
Meskipun Virus rubella dapat dibiakkan dalam berbagai
biakan (kultur) sel, infeksi virus ini secara rutin didiagnosis melalui metode
serologis yang cepat dan praktis. Berbagai jenis jaringan, khususnya ginjal
kera paling baik digunakan untuk mengasingkan virus, karena dapat menghasilkan
paras (level) virus yang lebih tinggi dan secara umum lebih baik untuk menghasilkan
antigen. Pertumbuhan virus tidak dapat dilakukan pada telur, tikus dan kelinci
dewasa.
Antigenicity
Virus rubella memiliki sebuah hemaglutinin
yang berkaitan dengan pembungkus virus dan dapat bereaksi dengan sel darah
merah anak ayam yang baru lahir, kambing, dan burung merpati pada suhu 4 oC
dan 25 oC dan bukan pada suhu 37 oC. Baik sel darah merah
maupun serum penderita yang terinfeksi virus rubella memiliki sebuah non- β-lipoprotein
inhibitor terhadap
hemaglutinasi. Aktivitas komplemen berhubungan secara primer dengan envelope, meskipun beberapa aktivitas
juga berhubungan dengan nukleoprotein
core. Baik hemaglutinasi maupun antigen complement-fixing
dapat ditemukan (deteksi) melalui pemeriksaan serologis.
Replikasi virus
Virus rubella mengalami replikasi di dalam sel
inang. Siklus replikasi yang umum terjadi dalam proses yang bertingkat terdiri
dari tahapan:
1 perlekatan, 2 pengasukan (penetrasi),
3 diawasalut (uncoating), 4 biosintesis,
5 pematangan dan pelepasan. Meskipun ini merupakan siklus yang umum, tetapi
akan terjadi beberapa ragam siklus dan bergantung pada jenis asam nukleat
virus.
Tahap perlekatan
terjadi ketika permukaan virion, atau partikel virus terikat di penerima (reseptor)
sel inang. Perlekatan reversible virion
dalam beberapa hal, agar harus terjadi infeksi, dan pengasukan virus ke dalam
sel inang. Proses ini melibatkan beberapa mekanisme, yaitu: 1 penggabungan
envelope virus dengan membrane sel inang (host),
2 pengasukan langsung ke dalam membrane,
3 interaksi dengan tempat penerima membrane
sel, 4 viropexis atau fagositosis.
Setelah memasuki sel
inang, asam nukleat virus harus sudah terlepas dari pembungkusnya, (uncoating) atau terlepas dari kapsulnya.
Proses mengawasalut (uncoating ) ini
terjadi di permukaan sel dalam virus. Secara umum, ini merupakan proses
enzimatis yang menggunakan prakeberadaan (pre-existing)
ensim lisosomal atau melibatkan pembentukan ensim yang baru. Setelah proses
pengawasalutan (uncoating), maka
biosintesis asam nukleat dan beberapa protein virus merupakan hal yang sangat
penting. Sintesis virus terjadi baik di dalam inti maupun di dalam sitoplasma
sel inang, bergantung dari jenis asam nukleat virus dan kelompok virus. Pada
virus RNA, seperti Virus Rubella,
sintesis ini terjadi di dalam sitoplasma, sedangkan pada kebanyakan virus DNA,
asam nukleat virus bereplikasi di inti sel inang sedangkan protein virus
mengalami replikasi pada sitoplasma. Tahap terakhir replikasi virus yaitu
proses pematangan partikel virus. Partikel yang telah matang ini kemudian
dilepaskan dengan bertunas melalui membrane
sel atau melalui lisis sel.
Patogenesis Congenital Rubella
Syndrome
Virus rubella ditransmisikan melalui
pernapasan dan mengalami replikasi di nasofaring dan di daerah kelenjar getah
bening. Viremia terjadi antara hari ke-5 sampai hari ke-7 setelah terpajan
virus rubella. Dalam ruangan
tertutup, virus rubella dapat menular
ke setiap orang yang berada di ruangan yang sama dengan penderita. Masa
inkubasi virus rubella berkisar antara 14–21 hari. Masa penularan 1 minggu
sebelum dan empat (4) hari setelah permulaan (onset) ruam (rash). Pada
episode ini, Virus rubella sangat
menular.
Infeksi transplasenta
janin dalam kandungan terjadi saat viremia berlangsung. Infeksi rubella menyebabkan kerusakan janin
karena proses pembelahan terhambat. Dalam rembihan (secret) tekak (faring) dan air kemih (urin) bayi dengan CRS,
terdapat virus rubella dalam jumlah banyak yang dapat menginfeksi bila
bersentuhan langsung. Virus dalam tubuh bayi dengan CRS dapat bertahan hingga
beberapa bulan atau kurang dari 1 tahun setelah kelahiran.
Kerusakan janin
disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya oleh kerusakan sel akibat virus rubella dan akibat pembelahan sel oleh
virus. Infeksi plasenta terjadi selama viremia ibu, menyebabkan daerah (area)
nekrosis yang tersebar secara fokal di epitel vili korealis dan sel endotel
kapiler. Sel ini mengalami deskuamasi ke dalam lumen pembuluh darah, menunjukkan
(indikasikan) bahwa virus rubella
dialihkan (transfer) ke dalam peredaran (sirkulasi) janin sebagai emboli sel
endotel yang terinfeksi. Hal ini selanjutnya mengakibatkan infeksi dan
kerusakan organ janin. Selama kehamilan muda mekanisme pertahanan janin belum
matang dan gambaran khas embriopati pada awal kehamilan adalah terjadinya
nekrosis seluler tanpa disertai tanda peradangan.
Sel yang terinfeksi
virus rubella memiliki umur yang
pendek. Organ janin dan bayi yang terinfeksi memiliki jumlah sel yang lebih
rendah daripada bayi yang sehat. Virus rubella juga dapat memacu terjadinya
kerusakan dengan cara apoptosis. Jika infeksi maternal terjadi setelah
trimester pertama kehamilan, kekerapan (frekuensi) dan beratnya derajat
kerusakan janin menurun secara tiba-tiba (drastis). Perbedaan ini terjadi
karena janin terlindung oleh perkembangan melaju (progresif) tanggap (respon)
imun janin, baik yang bersifat humoral maupun seluler, dan adanya antibodi
maternal yang dialihkan (transfer) secara pasif.
Gambar Virus Rubella
Gambar
2. Gambar
3.
Virus rubella dalam bentuk 2D Virus rubella dalam bentuk 3D
Gambar 4.
Desain sementara Virus rubella dengan 3DS (kelompok8)
Desain sementara Virus rubella dengan 3DS (kelompok8)
Daftar
Rujukan
Kadek,
S.Darmadi. 2007. Gejala Rubela Bawaan
(Kongenital) Berdasarkan Pemeriksaan Serologis dan RNA Virus, 13(2).
(Online), (journal.unair.ac.id/filerPDF/PDF%20Vol.%2013-02-06.pdf),
diakses 29 Nopember 2012.
Anonim.
Rubella.( http://www.cdc.gov/nip/publications/pink/rubella.pdf), diakses 29 Nopember 2012.
Kelompok 8: (Praktikum Grafika
Komputer)
Feri Hidayatullah F. 100533406958
Gilang Samodra T. 100533402647
Felasofa Khofiya 100533402614
PTI’10
offering B
Universitas Negeri Malang
Universitas Negeri Malang