1.
Manajemen
Perangkat Input Output
1.1.
Klasifikasi Perangkat Input Output
Klasifikasi perangkat I/O dapat
dikelompokkan berdasarkan :
a. Sifat
aliran datanya, yang terbagi atas :
1. Perangkat
berorientasi blok.
Yaitu
menyimpan, menerima, dan mengirim informasi sebagai blok-blok berukuran tetap
yang berukuran 128 sampai 1024 byte dan memiliki alamat tersendiri, sehingga
memungkinkan membaca atau menulis blok-blok secara independen, yaitu dapat
membaca atau menulis sembarang blok tanpa harus melewati blok-blok lain. Contoh
: disk,tape,CD ROM, optical disk.
2. Perangkat
berorientasi aliran karakter.
Yaitu
perangkat yang menerima, dan mengirimkan aliran karakter tanpa membentuk suatu
struktur blok. Contoh : terminal, line printer, pita kertas, kartu-kartu
berlubang, interface jaringan, mouse.
b. Sasaran
komunikasi, yang terbagi atas :.
1. Perangkat
yang terbaca oleh manusia.
Perangkat
yang digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia. Contoh : VDT (video display
terminal) : monitor, keyboard, mouse.
2. Perangkat
yang terbaca oleh mesin.
Perangkat
yang digunakan untuk berkomunikasi dengan perangkat elektronik. Contoh : Disk
dan tape, sensor, controller.
3. Perangkat
komunikasi.
Perangkat
yang digunakan untuk komunikasi dengan perangkat jarak jauh. Contoh : Modem.
1.2.
Teknik Pemrograman Perangkat Input Output
Terdapat
3 teknik pemrograman perangkat input output berdasarkan mekanisme hubungan
pemroses dengan pengendali perangkat input output, yaitu :
1. Input
output terprogram (programmed I/O)
atau polling system
2. Input
output dikendalikan interupsi (interrupt
driven I/O)
3. Dengan
DMA (direct memory access)
a. Input output terprogram (programmed I/O) atau polling
system
Ketika
perangkat I/O menangani permintaan, perangkat men-set bit status di register
status perangkat. Perangkat tidak memberitahu ke pemroses saat tugas telah selesai
dilakukan sehingga pemroses harus selalu memeriksa register tersebut secara
periodik dan melakukan tindakan berdasar status yang dibaca.
Software
pengendali perangkat (driver) dipemroses harus mentransfer data ke/dari
pengendali. Driver mengekseksui perintah yang berkomunikasi dengan pengendali
(adapter) di perangkat dan menunggui sampai operasi yang dilakukan perangkat
selesai.
Driver berisi kumpulan instruksi :
1.
Pengendalian.
Berfungsi
mengaktifkan perangkat eksternal dan memberitahu yang perlu dilakukan. Contoh :
unit tape magnetik diinstruksikan untuk kembali ke posisi awal, bergerak ke
record berikut, dan sebagainya.
2.
Pengujian.
Berfungsi
memeriksa status perangkat keras berkaitan dengan perangkat I/O.
3.
Pembacaan/penulisan
Berfungsi
membaca/menulis untuk transfer data antara register pemroses dan perangkat
eksternal.Masalah utama I/O terprogram adalah pemroses diboroskan untuk
menunggu dan menjagai operasi I/O. Diperlukan teknik lain untuk meningkatkan
efisiensi pemroses.
b. Input
output dikendalikan interupsi (interrupt
driven I/O)
Teknik I/O
dituntun interupsi mempunyai mekanisme kerja sebagai berikut :
·
Pemroses memberi instruksi ke perangkat
I/O kemudian melanjutkan melakukan pekerjaan lainnya.
·
Perangkat I/O akan menginterupsi meminta
layanan saat perangkat telah siap bertukar data dengan pemroses.
·
Saat menerima interupsi perangkat keras
(yang memberitahukan bahwa perangkat siap melakukan transfer), pemroses segera
mengeksekusi transfer data.
Keunggulan :
·
Pemroses tidak disibukkan menunggui dan
menjaga perangkat I/O untuk memeriksa status perangkat.
Kelemahan :
·
Rate transfer I/O dibatasi kecepatan
menguji dan melayani operasi perangkat.
·
Pemroses terikat ketat dalam mengelola
transfer I/O. Sejumlah intruksi harus dieksekusi untuk tiap transfer I/O.
c. Dengan
DMA (direct memory access)
DMA berfungsi
membebaskan pemroses menunggui transfer data yang dilakukan perangkat I/O. Saat
pemroses ingin membaca atau menulis data, pemroses memerintahkan DMA controller
dengan mengirim informasi berikut :
·
Perintah penulisan/pembacaan.
·
Alamat perangkat I/O.
·
Awal lokasi memori yang ditulis/dibaca.
·
Jumlah word (byte) yang ditulis/dibaca.
Setelah mengirim
informasi-informasi itu ke DMA controller, pemroses dapat melanjutkan kerja lain.
Pemroses mendelegasikan operasi I/O ke DMA. DMA mentransfer seluruh data yang
diminta ke/dari memori secara langsung tanpa melewati pemroses. Ketika transfer
data selesai, DMA mengirim sinyal interupsi ke pemroses.
Sehingga
pemroses hanya dilibatkan pada awal dan akhir transfer data. Operasi transfer
antara perangkat dan memori utama dilakukan sepenuhnya oleh DMA lepas dari
pemroses dan hanya melakukan interupsi bila operasi telah selesai.
Keunggulan :
·
Penghematan waktu pemroses.
·
Peningkatan kinerja I/O.
1.3.
Evolusi fungsi perangkat Input Output
Sistem
komputer mengalami peningkatan kompleksitas dan kecanggihan
komponen-komponennya, yang sangat tampak pada fungsi-fungsi I/O sebagai berikut
:
a. Pemroses
mengendalikan perangkat I/O secara langsung.
Masih
digunakan sampai saat ini untuk perangkat sederhana yang dikendalikan
mikroprosessor sehingga menjadi perangkat berintelijen (inteligent device).
b. Pemroses
dilengkapi pengendali I/O (I/O controller).
Pemroses
menggunakan I/O terpogram tanpa interupsi, sehingga tak perlu memperhatikan
rincian-rincian spesifik antarmuka perangkat.
c. Perangkat
dilengkapi fasilitas interupsi.
Pemroses tidak
perlu menghabiskan waktu menunggu selesainya operasi I/O, sehingga meningkatkan
efisiensi pemroses.
d. I/O
controller mengendalikan memori secara langsung lewat DMA.
Pengendali
dapat memindahkan blok data ke/dari memori tanpa melibatkan pemroses kecuali
diawal dan akhir transfer.
e. Pengendali
I/O menjadi pemroses terpisah.
Pemroses
pusat mengendalikan.memerintahkan pemroses khusus I/O untuk mengeksekusi
program I/O di memori utama. Pemroses I/O mengambil dan mengeksekusi
intruksi-intruksi ini tanpa intervensi pemroses pusat. Dimungkinkan pemroses
pusat menspesifikasikan barisan aktivitas I/O dan hanya diinterupsi ketika
seluruh barisan intruksi diselesaikan.
f. Pengendali
I/O mempunyai memori lokal sendiri.
Perangkat
I/O dapat dikendalikan dengan keterlibatan pemroses pusat yang minimum.
Arsitektur
ini untuk pengendalian komunikasi dengan terminal-terminal interaktif. Pemroses
I/O mengambil alih kebanyakan tugas yang melibatkan pengendalian terminal.
Evolusi
bertujuan meminimalkan keterlibatan pemroses pusat, sehingga pemroses tidak
disibukkan dengan tugas I/O dan dapat meningkatkan kinerja sistem.
1.4.
Prinsip Manajemen Perangkat Input Output
Terdapat dua sasaran perancangan
I/O, yaitu :
a. Efisiensi.
Aspek penting karena operasi I/O
sering menimbulkan bottleneck.
b. Generalitas
(device independence).
Manajemen
perangkat I/O selain berkaitan dengan simplisitas dan bebas kesalahan, juga
menangani perangkat secara seragam baik dari cara proses memandang maupun cara
sistem operasi mengelola perangkat dan operasi I/O.
Software
diorganisasikan berlapis. Lapisan bawah berurusan menyembunyikan
kerumitanperangkat keras untuk lapisan-lapisan lebih atas. Lapisan lebih atas
berurusanmemberi antar muka yang bagus, bersih, nyaman dan seragam ke pemakai.
Masalah-masalah manajemen I/O
adalah :
a. Penamaan
yang seragam (uniform naming).
Nama berkas atau perangkat adalah
string atau integer, tidak bergantung pada perangkat sama sekali.
b. Penanganan
kesalahan (error handling).
Umumnya penanganan kesalahan
ditangani sedekat mungkin dengan perangkat keras.
c. Transfer
sinkron vs asinkron.
Kebanyakan I/O
adalah asinkron. Pemroses mulai transfer dan mengabaikan untuk melakukan kerja
lain sampai interupsi tiba. Program pemakai sangat lebih mudah ditulis jika
operasi I/O berorientasi blok. Setelah perintah read, program kemudian ditunda
secara otomatis sampai data tersedia di buffer.
d. Sharable
vs dedicated.
Beberapa perangk dapat dipakai
bersama seperti disk, tapi ada juga perangkat yang hanya satu pemakai yang
dibolehkan memakai pada satu saat. Contoh : printer.
1.5.
Hirarki Manajemen Perangkat Input Output
Hirarki manajemen perangkat input
output ada 4, yaitu :
a. Interrupt
handler.
Interupsi harus disembunyikan agar
tidak terlihat rutin berikutnya. Device driver di blocked saat perintah I/O
diberikan dan menunggu interupsi. Ketika interupsi terjadi, prosedur penanganan
interupsi bekerja agar device driver keluar dari state blocked.
b. Device
drivers.
Semua kode bergantung perangkat
ditempatkan di device driver. Tiap device driver menangani satu tipe (kelas)
perangkat dan bertugas menerima permintaan abstrak perangkat lunak device
independent diatasnya dan melakukan layanan permintaan.
Mekanisme kerja device driver :
·
Menerjemahkan perintah abstrak menjadi
perintah konkret.
·
Setelah ditentukan perintah yang harus diberikan
ke pengendali, device driver mulai menulis ke register-register pengendali
perangkat.
·
Setelah operasi selesai dilakukan
perangkat, device driver memeriksa status kesalahan yang terjadi.
·
Jika berjalan baik, device driver
melewatkan data ke perangkat lunak device independent.
·
Kemudian device driver melaporkan status
operasinya ke pemanggil.
c. Perangkat
lunak device independent.
Bertujuan membentuk fungsi-fungsi
I/O yang berlaku untuk semua perangkat dan memberi antarmuka seragam ke
perangkat lunak tingkat pemakai.
Fungsi-fungsi lain yang dilakukan :
·
Sebagai interface seragam untuk seluruh
device driver.
·
Penamaan perangkat.
·
Proteksi perangkat.
·
Memberi ukuran blok perangkat agar
bersifat device independent.
·
Melakukan buffering.
·
Alokasi penyimpanan pada block devices.
·
Alokasi dan pelepasan dedicated devices.
·
Pelaporan kesalahan.
d. Perangkat
lunak level pemakai.
Kebanyakan
perangkat lunak I/O terdapat di sistem operasi. Satu bagian kecil berisi
pustaka-pustaka yang dikaitkan pada program pemakai dan berjalan diluar kernel.
System calls I/O umumnya dibuat sebagai prosedur-prosedur pustaka. Kumpulan
prosedur pustaka I/O merupakan bagian sistem I/O.
Tidak semua
perangkat lunak I/O level pemakai berupa prosedur- prosedur pustaka. Kategori
penting adalah sistem spooling. Spooling adalah cara khusus berurusan dengan
perangkat I/O yang harus didedikasikan pada sistem multiprogramming.
1.6. Buffering Input Output
Buffering
adalah melembutkan lonjakan-lonjakan kebutuhan pengaksesan I/O, sehingga
meningkatkan efisiensi dan kinerja sistem operasi.
Terdapat beragam cara buffering,
antar lain :
a. Single
buffering.
Merupakan teknik
paling sederhana. Ketika proses memberi perintah untuk perangkat I/O, sistem
operasi menyediakan buffer memori utama sistem untuk operasi.Untuk perangkat
berorientasi blok.Transfer masukan dibuat ke buffer sistem. Ketika transfer
selesai, proses memindahkan blok ke ruang pemakai dan segera meminta blok lain.
Teknik ini
disebut reading ahead atau anticipated input. Teknik ini dilakukan dengan
harapan blok akan segera diperlukan. Untuk banyak tipe komputasi, asumsi ini
berlaku. Hanya di akhir pemrosesan maka blok yang dibaca tidak diperlukan.
· Keunggulan
:
Pendekatan ini
umumnya meningkatkan kecepatan dibanding tanpa buffering. Proses pemakai dapat
memproses blok data sementara blok berikutnya sedang dibaca. Sistem operasi
dapat menswap keluar proses karena operasi masukan berada di memori sistem
bukan memori proses pemakai.
· Kelemahan
:
1) Merumitkan
sistem operasi karena harus mencatat pemberian buffer-buffer sistem ke proses
pemakai.
2) Logika
swapping juga dipengaruhi. Jika operasi I/O melibatkan disk untuk swapping,
maka membuat antrian penulisan ke disk yang sama yang digunakan untuk swap out
proses. Untuk menswap proses dan melepas memori utama tidak dapat dimulai
sampai operasi I/O selesai, dimana waktu swapping ke disk tidak bagus untuk
dilaksanakan.
Buffering
keluaran serupa buffering masukan. Ketika data transmisi, data lebih dulu
dikopi dari ruang pemakai ke buffer sistem. Proses pengirim menjadi bebas untuk
melanjutkan eksekusi berikutnya atau di swap ke disk Jika perlu. Untuk
perangkat berorientasi aliran karakter, Single buffering dapat diterapkan
dengan dua mode, yaitu :
·
Mode line at a time.
Cocok untuk
terminal mode gulung (scroll terminal atau dumb terminal). Masukan pemakai
adalah satu baris per waktu dengan enter menandai akhir baris. Keluaran
terminal juga serupa, yaitu satu baris per waktu. Contoh mode ini adalah
printer.
Buffer digunakan
untuk menyimpan satu baris tunggal. Proses pemakai ditunda selama masukan,
menunggu kedatangan satu baris seluruhnya.
Untuk keluaran,
proses pemakai menempatkan satu baris keluaran pada buffer dan melanjutkan
pemrosesan. Proses tidak perlu suspend kecuali bila baris kedua dikirim sebelum
buffer dikosongkan.
·
Mode byte at a time.
Operasi ini
cocok untuk terminal mode form, dimana tiap ketikan adalah penting dan untuk
peripheral lain seperti sensor dan pengendali.
b. Double buffering.
Peningkatan
dapat dibuat dengan dua buffer sistem.Proses dapat ditransfer ke/dari satu
buffer sementara sistem operasi mengosongkan (atau mengisi) buffer lain. Teknik
ini disebut double buffering atau buffer swapping. Double buffering menjamin
proses tidak menunggu operasi I/O. Peningkatan ini harus dibayar dengan
peningkatan kompleksitas. Untuk berorientasi aliran karakter, double buffering
mempunyai 2 mode alternatif, yaitu :
·
Mode line at a time.
Proses
pemakai tidak perlu ditunda untuk I/O kecuali proses secepatnya mengosongkan
buffer ganda.
·
Mode byte at a time.
Buffer
ganda tidak memberi keunggulan berarti atas buffer tunggal. Double buffering
mengikuti model producer-consumer.
c. Circular
buffering.
Seharusnya
melembutkan aliran data antara perangkat I/O dan proses. Jika kinerja proses
tertentu menjadi fokus kita, maka kita ingin agar operasi I/O mengikuti proses.
Double buffering tidak mencukupi jika proses melakukan operasi I/O yang
berturutan dengan cepat. Masalah sering dapat dihindari denga menggunakan lebih
dari dua buffer.
Ketika lebih
dari dua buffer yang digunakan, kumpulan buffer itu sendiri diacu sebagai
circulat buffer. Tiap bufferindividu adalah satu unit di circular buffer.